TAKDIR CINTA SANG RAJA IBLIS

Pertemuan Buah Hati {3}



Pertemuan Buah Hati {3}

0Chen Liao Xuan terdiam sejenak tentang masalah nama itu, agaknya dia juga cukup penasaran. Apa yang dimaksud oleh Li Qian Long, sampai pada saatnya dia kembali ingat tentang sebuah nama yang membuatnya merasa kembali ditarik pada masa-masa indah selama dia di alam manusia bersama dengan Liu Anqier. ya, masa-masa itu adalah masa terindah. Bahkan saking indahnya, Chen Liao Xuan tak tahu lagi harus melakukan apa. Chen Liao Xuan memandang Lim Ming Yu, entah kenapa dia takut kalau mungkin saja jika Lim Ming Yu merasa tersinggung atau apa pun atas apa yang terjadi ini. sebuah hal yang membuat Chen Liao Xuan tak enak sendiri.     
0

"Yang Mulia, kalau Anda telah memiliki sebuah nama yang sangat berarti dalam diri Yang Mulia. Amat sangat menyenangkan jika Putra Mahkota kecil mendapatkan nama tersebut, hamba akan sangat bahagia jika nama tersebut disandang oleh Putra Mahkota dengan sangat bangga,"     

"Tapi, nama itu bukanlah nama yang mungkin akan membuat bangga. Hanya sebuah nama yang sering aku pakai ketika aku berada di alam manusia,"     

Lim Ming Yu kembali diam, nama yang dipakai oleh Chen Liao Xuan ketika ada di alam manusia? Itu berarti jika nama tersebut adalah nama yang dipakai Chen Liao Xuan saat bertemu dengan Liu Anqier, saat bersama dengan Liu Anqier. ya, Lim Ming Yu tahu tentang hal itu dengan sangat nyata. Lim Ming Yu tahu bahkan lebih dari siapa pun juga.     

"Selir Lim, itu tidak penting. Aku akan mencarikan nama yang lebih indah lagi."     

"Tidak Yang Mulia, pakailah nama itu," kata Lim Ming Yu yang berhasil membuat Chen Liao Xuan terdiam. Bagaimana tidak, dia agaknya cukup terkejut dengan ucapan dari Lim Ming Yu tersebut. Bagaimana bisa dia menyetujui padahal Chen Liao Xuan tahu, dari mimik wajah Lim Ming Yu kalau Lim Ming Yu tahu jika nama itu ada sangkut-pautnya dengan Liu Anqier. jujur, Chen Liao Xuan merasa bersalah dengan sosok yang ada di depannya ini.     

"Tapi—"     

"Biar bagaimanapun juga, Nona Liu juga sudah sangat baik dengan hamba. Kami berteman baik bahkan selama dia berada di sini, bukan? Sekarang dia sudah tidak ada, apa salahnya mengambil nama yang menjadi kenangan kalian untuk dijadikan nama atas putra kita? hamba sama sekali tidak keberatan, Yang Mulia. Apalagi takdir Yang Mulia adalah dengan Nona Liu. Lantas apa yang membuat hamba harus merasa kesal, dan membuat Yang Mulia merasa tidak enak hati? Hamba sama sekali tak merasa keberatan sama sekali dengan itu semua. Hamba malah merasa sangat hamba kalau sampai itu terjadi, Yang Mulia. Jadi silakan untuk menggunakan nama indah tersebut,"     

"Chen Ming Tao, bagaimana? Apakah nama itu bagus? Chen Tao adalah namaku ketika aku berada di alam manusia, dan Ming aku mengambil dari namamu, Selir Lim,"     

Lim Ming Yu kembali tertegun, dia sama sekali tak menyangka jika Chen Liao Xuan begitu sangat memikirkannya, sehingga membuatnya menjadi terenyuh juga terharu. Bagaimana tidak, dia sama sekali tak menyangka di saat Lim Ming Yu tahu kalau Chen Liao Xuan telah memiliki tambatan hati yang lain, tapi dia masih saja memikirkannya. Sebuah hal penuh haru yang Lim Ming Tidak akan pernah lupakan seumur hidupnya atau bahkan sampai kapan pun itu.     

"Chen Ming Tao, adalah nama yang sangat unik, Yang Mulia. Hamba sangat bahagia mendengar nama tersebut menjadi nama putra kita," Lim Ming Yu akhirnya memberikan jawaban, dan Chen Liao Xuan tampak memandang wajah malaikat mungil itu. lagi, dia terdiam, andai saja janin Liu Anqier dua-duanya masih bisa diselamatkan, pastilah sekarang dia telah menjadi Ayah dari tiga bayi yang lucu-lucu, tapi sekarang apa yang terjadi? dia hanya bisa menyelamatkan satu bayi saja sementara dua bayi dari wanita yang dia cintai sama sekali tak bisa diselamatkan, Chen Liao Xuan benar-benar merasa tak berdaya dengan semua yang ada pada dirinya. Sebuah hal yang di luar batas nalar dan kesabarannya yang dia bahkan tak bisa berbuat apa-apa untuk itu semua,     

"Yang Mulia?"     

"Yang Mulia."     

Chen Lioa Xuan menoleh, dia melihat Jiang Kang Hua dan Li Zheng Xi mendekat secara bersamaan. Chen Liao Xuan tampak tersenyum, bagaimana tidak, dua sosok itu adalah yang paling dirindukan oleh Chen Liao Xuan.     

Pun dengan Jiang Kang Hua, dia sama sekali tak menyangka jika Chen Liao Xuan akan datang kesini lagi, sebuah hal yang membuatnya menangis harus, sebuah hal yang membuatnya berpikir jika semua ini mungkin akan berakhir baik dan akan baik-baik saja untuk kedepannya.     

"Hamba sangat merindukan Yang Mulia Raja, siapa sangka jika Yang Mulia Raja datang kesini lagi dengan penampilan Yang Mulia Raja yang telah menjadi sosok Putra Mahkota seutuhnya. Hormat hamba, Putra Mahota,"     

Jiang Kang Hua langsung berlutut di depan Chen Liao Xuan, membuat Chen Liao Xuan menarik tangan Jiang Kang Hua untuk berdiri, dia tersenyum lagi. Seujujurnya dia juga sangat rindu dengan Jiang Kang Hua, dia sangat membayangkan jika Jiang Kang Hua adalah panglimanya di istana langit, itu adalah hal yang sangat mengesankan dan akan membuat Chen Liao Xuan bahagia selamanya.     

"Pamglima Jiang, aku rasa yang kau cintai adalah Anqier. namun kenapa ketika melihatku, kau seolah melihat kekasih yang lama tak bertemu? Bagaimana bisa seorang Panglima iblis bisa menitikan air mata seperti ini, apakah kau hendak mempermalukanku dengan nyata?" kata Chen Liao Xuan.     

Jiang Kang Hua pun tersenyum, sebab bagaimanapun juga dia merasa sangat malu jika dikatakan seperti itu oleh Chen Liao Xuan, jujur dia sama sekali merasa kalau dirinya adalah sosok yang mungkin paling terpukul atau malah paling kehilangan sosok Chen Liao Xuan sampai kapan pun itu. entah karena Jiang Kang Hua merasa telah menemukan sosok yang benar-benar pas di hatinya, atau karena dia merasa jika Chen Liao Xuan adalah sosok yang benar-benar paling mengerti dirinya. Intinya, Jiang Kang Hua begitu menyayangi Chen Liao Xuan bahkan lebih dari saudaranya sendiri.     

"Hamba tidak tahu, Yang Mulia. Hanya saja hamba merasa jika Yang Mulia adalah sosok yang paling hamba kagumi dan sayangi bahkan sampai kapan pun itu, itulah kenapa hamba tidak bisa jauh dari Yang Mullia. Andai saja jika hamba bukanlah makhluk hina, andai saja jika hamba bukan seorang iblis atau yang lainnya, hamba bahkan lebih memilih bahkan untuk menjadi kuda Yang Mulia sekalipun. Hamba mau, hamba benar-benar mau untuk menjadi apa pun yang mungkin Yang Mulia butuhkan. Asalkan hamba masih bersama dengan Yang Mulia."     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.